Deskripsi
SEPERCIK KARAWITAN SUNDA
ISBN: –
Penulis:
Nandi Saefurrohman
Editor:
Putri Amalia Zubaedah
Komarudin
Penyunting:
Komarudin
Penerbit:
CV. Green Publisher Indonesia
Jumlah Halaman:
107 Halaman
*Sinopsis*
Lagu-lagu vokal Sunda yang dinyanyikan secara mandiri disebut anggana sekar biasanya terdiri dari satu tahapan suara , dan vokal yang disajikan secara bersama disebut rampak sekar atau layeutan swara , terdiri dari satu atau beberapa tahapan suara . Selain itu kata sekar juga sering digunakan oleh para pencipta lagu untuk memberi nama pada judul lagu yang dibuat, sebut saja lagu sekar manis, sekar mawar, sekar ligar, sekar tanjung, sekar mayang, sekar malati, sekar êndah, dan lain-lain. Para ahli karawitan Sunda mengatakan bahwa lagu-lagu vokal jenis kawih terikat konsep wiletan lagu. Wiletan juga terkait penggunaan pola-pola irama yang biasa diterapkan pada lagu-lagu pokok sekar-gending gamelan pelog-slendro.
Secara metrikaswara, pergerakan melodi pada lagu-lagu kawih dan tembang terkait langsung dengan pengucapan kata-kata dari lirik lagu yang dinyanyikan. Pada lagu-lagu kawih biasanya setiap suku kata dari lirik lagu mengandung satu nada pokok . Sementara pada lagu-lagu tembang biasanya setiap suku kata mengandung beberapa nada pokok yang tidak terikat ketukan dan harga nada. Para ahli karawitan Sunda sering menyebut bahwa lagu-lagu kawih termasuk golongan monometraschematika atau disebut golongan ekaswara, sedangkan lagu-lagu tembang termasuk golongan polymetraschematika atau disebut golongan lagu anekaswara.
Persoalan irama lagu sering dijadikan rujukan oleh para praktisi karawitan Sunda dalam menentukan jenis sebuah lagu, apakah termasuk jenis kawih atau tembang. Raden Machyar Angga Koesoemadinata menggolongkan lagu-lagu vokal Sunda ke dalam dua jenis irama, yaitu lagu-lagu irama tetap atau wirahma tandak, dan lagu-lagu irama bebas wirahma merdika . Pemikiran RMAK tersebut kemudian menjadi suatu pemahaman yang sampai sekarang menjadi acuan dalam menentukan jenis suatu lagu. Sebagaian besar praktisi karawitan Sunda memandang bahwa lagu-lagu vokal irama tetap identik atau dikategorikan sebagai jenis kawih, dan lagu-lagu vokal irama bebas sebagai jenis tembang.
Pada lagu-lagu vokal sekar wirama tandak, baik ketukan, irama, gerakan cepat-lambat, dan panjang-pendek nada, semua bisa ditentukan ukurannya sehingga dapat ditulis dengan pasti. Untuk lagu-lagu sekar wirama merdika masalah panjang-pendek nada tergantung pada kehendak vokalis. Biasanya mereka yang sedang belajar lagu-lagu tembang kepada seorang guru, dalam menguasai panjang-pendek nada dari suatu lagu dilakukan dengan cara meniru guru yang mengajarkan langsung dengan lisan . Sementara pada tembang tidak terikat wiletan lagu.
Pada umumnya lagu-lagu tembang dibawakan secara solo, serta tidak terdapat pola lagu gending yang harus diikuti juru sekar, dan biasanya gending berfungsi sebagai penghias. Lagu-lagu kawih bersifat metris melodis, serta suasana lagu kauger oleh irama. Sedangkan lagu-lagu tembang bersifat ritmis melodis, dan suasana lagu bebas tidak terikat oleh irama
Ulasan
Belum ada ulasan.