Deskripsi
Arang kompos bioaktif atau disingkat dengan Arkoba, merupakan gabungan antara arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi komposting dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap bertahan di dalam kompos, mempunyai kemampuan agen hayati sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain dari Arkoba adalah karena keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, yang bila diberikan pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah, sebab arang mampu meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Oleh sebab itu Arkoba cocok dan tepat dikembangkan secara luas di Indonesia mengingat 2/3 dari lahan pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah yang tak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia. Teknologi ini ini mudah dan murah untuk diterapkan. Mulai diperkenalkan dan dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan sejak tahun 2000-an. Dari beberapa hasil penelitian, arkoba dapat memacu perkembangan mikroorganisme tanah yang menguntungkan, meningkatkan pH dan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah. Arkoba dibuat melalui proses pengomposan dengan menggunakan mikroorganisme terseleksi sebagai bioaktivator yang terdiri dari bakteri Cytophaga dan fungi Trichoderma sehingga proses pengomposan berlangsung secara terkendali dan menghasilkan produk yang kualitasnya terjamin. Hasil penelitian maupun uji coba di lapangan oleh masyarakat, menunjukkan kalau penggunaan arkoba dapat meningkatkan produktivitas lahan dan hasil secara signifikan.
Awalnya Arkoba dibuat dalam rangka optimalisasi dan pemanfaatan limbah industri perkayuan terutama serbuk gergaji yang dibuat arang sebagai pencampur dalam proses pengomposan. Namun dalam perjalanan selanjutnya arkoba juga dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah organik lainnya, baik yang berasal dari sampah rumah tangga, pertanian, perkebunan atau bahkan sampah kota. Hasil beberapa uji coba pengamatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada beberapa jenis media arang serbuk gergaji yang dicampur dengan kompos menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman sehingga sejak tahun 1999 Puslitbang Hasil Hutan mulai mengembangkan produk arkoba dengan bahan baku utama arang dari serbuk gergaji, sedangkan bahan baku kompos berasal dari limbah organik pertanian, serasah mangium, serasah tusam, serasah campuran dari beberapa jenis pohon, serta sampah kota. Sejalan dengan program pengembangan tersebut, Puslitbang Hasil Hutan, sejak tahun 2000 juga telah melaksanakan sosialisasi sekaligus peragaan pembuatan arang kompos di beberapa daerah di Jawa dan Sumatera yang dikemas dalam bentuk acara Gelar Teknologi dan Temu Lapang antara lain di Kabupaten Serang; Ciamis; Tasikmalaya; Garut; Pandeglang; Ciloto (KPH Cianjur); KRPH Jembolo Utara, Kota Semarang; dan Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi; Kabupaten Karo (Sumatera Utara); Aek Nauli (Sumatera Utara); Kabupaten Rokan Hulu (Sumatera Selatan); Semaras (Pulau laut, Kalsel); PT. Wijaya Sentosa dan PT Jati Dharma di Papua; Kabupaten Sukabumi; Kabupaten Cianjur; Kabupaten Bogor; Kalimantan Tengah; Kalimantan Selatan; KPH Lakitan (Sumatera Selatan) dan lokasi lainnya.
Keunggulan dari Arkoba dibanding dengan kompos yang dihasilkan secara konvensional yaitu : selain keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, juga karena prosesnya menggunakan bioaktivator yang mengandung mikroorganisme terseleksi sehingga proses komposting berlangsung secara terkendali; aktivator tetap tersimpan dalam arkoba dan jika arkoba digunakan pada lahan, mikroba tersebut akan berperan sebagai biofungisida untuk mencegah penyakit busuk akar; pori arang pada arkoba juga berfungsi sebagai tempat tinggal mikroorganisme, sehingga produktivitas untuk merombak dan menyediakan unsur hara di dalam tanah menjadi meningkat; pori arang sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara, secara perlahan hara akan dilepaskan (efek slow release), sehingga hara tersebut tidak mudah tercuci dan lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai; arang juga sangat efektif meningkatkan pH tanah berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah, sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan rendah dan kemasaman tanah yang tinggi dan yang penting adalah arkoba dapat meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah, sekaligus memacu perkembangan mikroorganisme baik dalam tanah.
Pembuatan Arkoba relatif mudah dan murah untuk di lakukan oleh masyarakat atau petani. Bahan baku yang dibutuhkan cukup sederhana, yaitu dengan memanfaatkan limbah yang ada disekitar kita, antara lain limbah organik rumah tangga, limbah pertanian, seperti limbah sayuran, jerami, kulit atau tongkol jagung, kotoran hewan, bahkan sampah organik dari perkotaan juga dapat dijadikan bahan baku. Limbah asal industri yang dapat dijadikan arkoba antara lain seperti: serbuk gergaji dibuat arang sebagai pencampur dalam proses pengomposan, limbah penyulingan seperti minyak kayu putih dan minyak nilam. Pangkasan pohon dari tanaman perkotaan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, gulma dan serasah daun yang ada disekitar perumahan dan perkantoran juga juga baik dimanfaatkan sebagai bahan baku. Wadah untuk pengomposan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Arkoba dapat diusahakan skala kecil (skala rumah tangga), skala semi pilot, atau skala industry. Buku ini menyajikan pengenalan tentang Arang kompos bioaktif (Arkoba), keunggulannya serta pedoman cara membuatnya. Merupakan kumpulan dari beberapa hasil penelitian yang penulis lakukan selama bertugas di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, baik hasil percobaan aplikasi arkoba di rumah kaca, maupun aplikasi bersama masyarakat/kelompok tani di beberapa lokasi. Banyak keuntungan yang akan diperoleh apabila teknologi ini di terapkan, antara lain pemanfaatan limbah, meningkatkan nilai limbah menjadi produk yang bermanfaat, meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman, serta akhirnya akan menambah pendapatan keluarga, baik melalui peningkatan produksi tanaman, maupun dari arkoba yang dihasilkan. Namun penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan buku ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi maanfaat yang sebesar-besarnya bagi kalangan yang membutuhkan
Ulasan
Belum ada ulasan.